[Unpad.ac.id, 23/03/2011] Siapa bilang masyarakat miskin tidak bisa mengenyam pendidikan tinggi? Dengan adanya program Bidik Misi dari pemerintah, semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan. Kesukesesan seseorang di masa mendatang tidak bisa diukur dari kekayaan harta yang dimiliki saat ini, melainkan dari kegigihannya di masa sekarang.
Tahun lalu, ada 20.000 mahasiswa perguruan tinggi negeri di Indonesia yang terbantu melalui program Bidik Misi. Program ini diperuntukan bagi mereka yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah dan memiliki prestasi akademik. “Tidak apa-apa kita sekarang miskin, karena faktanya kita memang miskin. Tetapi jauh lebih penting bagaimana kita bisa keluar dari mata rantai kemisikinan,” tutur Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA saat menjadi bintang tamu dalam acara “Bukan Empat Mata”, sebuah acara televisi produksi Trans7. Menurut rencana, rekaman acara ini akan ditayangkan pada episode Jumat 25 Maret 2011 mendatang.
Tema yang diangkat dalam episode kali ini adalah “Never Ending Struggle”, dengan turut menghadirkan bintang tamu Angelina Sondakh, Zivanna Letisha, dan Olga Lidya. Ratusan mahasiswa penerima program Bidik Misi turut menyaksikan proses rekaman acara ini kemarin, Selasa (22/03) di Studio Trans7, Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A Jakarta. Mereka berasal dari Universitas padjadjaran (Unpad), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), dan Pelita Bangsa. Dari Unpad sendiri ada 25 perwakilan penerima Bidik Misi, terdiri dari Fakultas Kedokteran (FK) sebanyak 10 orang, Fakultas Ekonomi (FE) 8 orang, dan Fakultas Hukum (FH) 7 orang.
“Jika seseorang sudah berasal dari keluarga tidak mampu, tidak bisa kuliah, tidak bisa sekolah, maka kemungkinan besar ia akan tetap berada di lingkungan itu. Orang miskin akan menikah dengan orang miskin lagi, dan nantinya akan menghasilkan generasi baru yang miskin. Oleh karena itu hal ini harus segera dipotong, dengan cara kita berikan kesempatan secara khusus,” ungkap M. Nuh saat memaparkan mengenai latar belakang Program Bidik Misi.
M. Nuh mengibaratkan pendidikan sebagai elevator sosial. Seseorang akan “naik” dengan mudah bila menggunakan elevator. Namun, jika naik memakai tangga biasa maka akan membutuhkan tenaga yang luar biasa. Dengan demikian, pendidikan merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk dapat mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan tersebut, Wulan Dwi Sakinah, mahasiswi FK Unpad turut membagi kisahnya. Bagi Wulan, jangankan masuk fakultas kedokteran, untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi saja ia tidak pernah membayangkan sebelumnya. “Saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk ikut Bidik Misi. Dulu saya tidak terpikir untuk bisa kuliah. Kondisi keuangan orang tua sangat tidak memungkinkan,” ungkap Wulan.
Wulan adalah lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tasikmalaya. Ayahnya adalah seorang pedagang cendol di depan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Walaupun demikian, prestasi akademik Wulan cukup membanggakan. Ia berhasil meraih Indeks Prestasi (IP) Wulan 3,1 selama mengenyam pendidikan di FK Unpad.
Ditemui seusai acara, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unpad, dr. Trias Nugrahadi, Sp. KN mengungkapkan bahwa dengan adanya sosialisasi program Bidik Misi di acara “Bukan Empat Mata” ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk membuka kesempatan luas bagi masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan.
“Langkah ini sangat tepat untuk bisa menginspirasi masyarakat miskin, bahwa sebetulnya mereka jika diberi kesempatan yang sama. Mereka juga memiliki kemampuan yang sama atau bahkan mungkin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan teman-teman yang sudah terbiasa dengan fasilitas memadai,” ujar dr. Trias.
Ia menilai bahwa acara “Bukan Empat Mata” memiliki segmentasi penonton yang cukup luas, dari lapisan atas hingga lapisan bawah. Selain itu, dengan format acara yang “serius tapi santai” diharapkan misi pemerintah untuk menyosialisasikan program Bidik Misi ini dapat tercapai.
“Kedepannya, diharapkan Bidik Misi dapat menjadi trigger, bahwa yang berperan tidak hanya pemerintah, tapi juga stakeholder dari pihak swasta, atau dari kelompok-kelompok masyarakat. Seharusnya mereka menyadari bahwa rakyat kita masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan. Mari kita saling bahu membahu menyelesaikan masalah ini, sehingga mata rantai kemiskinan dapat segera terpecahkan,” harap dr. Trias.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar